Monday, January 3, 2011

Poin Dihapus, Bontang FC Mundur dari ISL

BONTANG – Langkah tegas akan diambil manajemen Bontang FC jika dalam pertemuan manajer (manager meeting) klub-klub Djarum-Indonesia Super League (Djarum-ISL), yang digelar malam tadi di Hotel Grand Melia Jakarta, menyatakan pengurangan penghapusan poin dari klub yang sebelumnya sudah mundur. Kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) bisa jadi solusi bagi BFC yang menginginkan kompetisi yang lebih bersih.

Hal itu disampaikan Asisten Manajer BFC, Mansur kepada Kaltim Post, malam tadi. “Saya masih menunggu hasil dari manager meeting. Tapi kalau sampai terjadi penghapusan poin, kami akan mundur dari ISL,” ujarnya.

Keputusan mundur itu dinilai jadi langkah paling baik, karena BFC akan menjadi klub yang paling dirugikan. Kini, BFC masih berada di zona degradasi (sebelum adanya tim yang mundur) dengan hanya mengoleksi 5 poin dari 8 pertandingan. Namun, 4 dari keseluruhan poin itu didapat dari klub yang undur diri. Menang dari Persema (3 poin) dan seri dengan Persibo Bojonegoro (1 poin).

Jika pilihan itu terealisasi, BFC akan jadi klub keempat yang menyeberang dari Djarum-ISL ke LPI. Selain Persema dan Persibo, PSM Makassar juga sudah menyatakan sikap berpaling dari kompetisi yang dikelola PT Liga Indonesia itu.

Selain alasan pengurangan poin, BFC juga melihat sisi lain dari prospek LPI. Sebagai klub yang dulunya tidak mengandalkan APBD, semasa masih memakai nama PS PKT Bontang, klub yang berdiri tahun 1988 itu tidak pernah mengalami krisis keuangan. Tapi kondisi itu berbalik 180 derajat, setelah BFC dikelola Pemkot Bontang. Asupan dana APBD menjadikan persoalan pendanaan semakin pelik.

“Kami jelas tidak ingin persoalan dana menjadi masalah yang tidak bisa terpecahkan. Kalau memang PT Liga tidak bisa memberikan penawaran kepada pesertanya untuk menjamin kelangsungan hidup, dan memaksa kami tetap menggunakan APBD, tanpa ada solusi yang bagus, maka beralih ke LPI saya pikir bisa jadi jalan keluar,” ujar Mansur.

Pengalaman Mansur yang sudah lebih 10 tahun berkecimpung dengan BFC (PS PKT Bontang), membuatnya sadar bahwa pengelolaan klub yang berdasarkan APBD, tidak akan kekal. “Kami lahir dari kemandirian. Dan sudah sepantasnya kami melakukan tindakan yang lebih bijak untuk tidak menggunakan dana rakyat,” tuturnya. “Menjadi profesional , saya pikir akan sangat sulit kalau masih menyusu terus pada APBD,” imbuhnya.
Sebagai contoh, saat ini BFC masih kesulitan membayar gaji pemain. Sudah 2 bulan terakhir pemain BFC tidak mendapatkan hak bulanannya. Kasus serupa juga pernah menimpa BFC di awal musim lalu. Bahkan keterlambatan gaji di awal musim itu melibatkan tunggakan pemain musim sebelumnya. Total, saat itu BFC menunggak gaji sampai 4 bulan.

Tawaran dana segar dari konsorsium LPI, serta bagi hasil dari hak siar tv, serta iklan dan sponsor utama,  yang bisa mengatasi permasalahan dana itulah yang menjadi bidikan BFC. Apalagi dengan kemandirian pendanaan, BFC bisa dengan lebih mudah mencari sponsor tambahan.

Hanya saja, rencana kepindahan BFC ke LPI itu masih menunggu hasil pertemuan di Jakarta. Dalam kesempatan itu, Andi Satya Adi Saputra, selaku manajer tim, menjadi wakil dari BFC. Namun ia juga belum memberikan keterangan apa-apa, malam tadi.

“Ini baru berlangsung. Belum ada keputusan apa-apa. Tapi saya sudah komunikasi dengan Pak Mansur. Dia bilang, kalau memang merugikan tim, lebih baik kami mundur dari ISL,” ujarnya. (obi)

Add comment

No comments:

Post a Comment