Thursday, August 11, 2011

Geliat Seudati di Marina Bay

29 Juni 2011, sejumlah pasang mata turis tampak keheranan. Mereka celingak-celinguk mengamati sekelompok penari yang unjuk kebolehan. Para penari seakan tak menghiraukan perhatian itu. Dengan gerakan yang artistik, mereka menghentak Marina Bay.

Langit Singapura yang mendung seakan tak menjadi soal. Rintik hujanpun menjadi nada improvisasi Rapai Geleng dan Seudati. Mereka semakin energik. Memainkan gerakan-gerakan pesan moral. Turispun makin terkesima. Mereka tak segan mengabadikan momentum tersebut yang langka dilihatnya. Padahal ini baru latihan saja. Penampilan resminya pada 1-3 Juli 2011 dalam even Enchanting Indonesia 5 di Orchad Road Takashimaya Mall Singapura.

Sangking penasarannya, seorang turis nampak memberanikan diri menanyai apa yang ditampilkan kelompok tari tersebut. Sayang ketika menyebutkan Aceh, “Saya tidak tahu. Apa itu Aceh?” tanya Stefani turis asal Inggris dalam Bahasa Inggris.

Ironisnya lagi, beberapa warga Singapura juga tak tahu gerangan Aceh itu apa. Mereka turut bertanya Aceh itu di mana. Lain cerita bila mengenalkan diri sebagai warga Negara Indonesia. “Itulah faktanya. Singapura aja tidak mengenal Aceh,” ujar ketua delegasi Normansyah PAN.

Masyarakat Aceh bisa saja intim dengan Singapura. Hampir setiap tahun, pengunjung Indonesia dari Aceh menghiasi setiap sudut negeri yang tunduk pada kerajaan Inggris ini. Mereka menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk berbelanja, mencicipi aneka makanan dari berbagai negara yang “ngumpul’ di Singapura, dan banyak lainnya. Di lain sisi, Singapura memiliki beberapa investasi di Aceh. Sebut saja seperti beberapa perusahaan pertambangan.

Namun nama Aceh masih liar bagi mereka. Pun ada beberapa yang tahu, itu hanya karena musibah gempa dan tsunami 2004 lalu. “Tapi nggak juga semua. Yang mereka tahu itukan Cuma Indonesia,” tutur alumnus Kedokteran Unsyiah ini.
“Nah, bayangin coba Aceh hanya dikenal dengan tsunami. Sementara kita punya berbagai kekayaan alam dan tentunya manusia juga,” tambahnya kecewa.

Mengetahui fakta tersebut memang bukan hal yang mengenakkan. Rombongan Aceh hanya mengusap dada. Negeri yang kaya raya di ujung Pulau Sumatera gelap di mata dunia. Padahal sejarahnya, Aceh pernah menguasai perdagangan dunia. Transaksi perdagangan Serambi Mekkah dilakukan di berbagai belahan dunia.
“Sekarang kami akan mempromosikan Aceh melalui Seni. Kita akan mencuri perhatian dunia dengan Saman, Seudati dan lainnya,” sebut Koordinator komunitas seni tersebut yang dilebeli dengan nama Krak Aceh.

Apa yang dilakukan dan diharapkan Sarjev tidak berlebihan sambung Meis Andrayani, warga Aceh yang berlibur disana. Singapura menjadi biduan wisatawan dunia. Sedikitnya setiap tahun, pengunjung Singapura mencapai delapan juta jiwa. Pementasan seni yang juga disponsori oleh Pemerintah Banda Aceh ini dapat mencuri minat wisatawan untuk datang ke Aceh. Apalagi Banda Aceh khususnya masih diwarnai dengan rangkaian Visit Banda Aceh 2011. Lain lagi persiapan Aceh menuju Visit Aceh 2013.

Persoalannya, pementasan seni Aceh seyogianya tidak dilakukan sekali saja. Pemerintah perlu membangun diplomasi wisata dengan Dewan Pariwisata Singapura khususnya. “Ini bukan tidak mungkin. Tinggal bagaimana pemerintah melakukan pendekatan sehingga paling tidak setiap bulan, Aceh bisa tampil disana,” pungkas pemilik Studio Musik Hip Hop di Stui Banda Aceh.

Faktanya, pementasan seni oleh Komunitas Krak Aceh ini pertama kalinya di Singapura lanjut Sarjev. Sebelumnya kekayaan seni Aceh tak pernah manggung di Singapura. Bisa jadi, masuk ke Singapura bukanlah hal yang mudah. Negara ini memiliki system keamanan yang sangat standar dan universal.

Di Imigrasi landas udara saja, para pendatang bisa dimasukkan ke dalam ruang introgasi bila jumlah uang yang dibawa tidak mencapai 1.000 Dolar Singapura. Paling tidak, para pendatang harus memiliki kartu kredit untuk meyakinkan petugas Imigrasi. Kecuali, jika para pendatang memiliki kerabat disana. Itu pun harus dijemput di Changi Airport.
“Kalau tidak, mereka langsung dipulangkan ke negeri asal,” ujarnya tertawa lebar.

2 Juli 2011, ratusan pasang tangan memberikan tepuk tangan yang bertubi-tubi. Suasana pagelaran Enchanting Indonesia di pelataran Takashimaya Mall di Orchad Road riuh menggema. Rapai Geleng yang ditampilkan Krak Aceh telah menghipnotis mereka. Lensa-lensa fotograper profesional tak henti mengabadikan momentum langka tersebut.

“Penampilan Aceh luar biasa. Saya jadi ingin tahu Aceh,” ujar Maria turis asal German.
Sekali lagi panggung Enchanting Indonesia 2011 bergemuruh. Sembilan penari Seudati mengguncang panggung dengan gerakan kakinya yang energik. Sekali-kali mereka bergolak mengelilingi panggung. Konselor KBRI Indonesia di Singapura Fahcry Sulaiman melempar senyum lebar.
“Wah, tahun 2012 Banda Aceh harus tampil lagi di Singapura. Aceh akan kita undang lagi,” katanya mengapresiasi kekayaan dan keunikan kesenian Aceh.

Pesta tersebut memang sudah usai. Marina Bay, patung Singa yang begitu dikenal tersebut telah menjadi saksi kedatangan pelaku seni ini untuk mempromosikan Aceh. Namun, kemudahan itu hanya karena mereka sudah mengantongi undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk mengikuti pagelaran Enchanting Indonesia ke-5. Nah, akankah seni Aceh bisa tampil di ajang internasional lainnya untuk mempromosikan Aceh? []



No comments:

Post a Comment